Ilmu psikologi secara umum akan selalu bermanfaat selama masih ada manusia di dunia. Hal ini dikarenakan cakupan ilmu psikologi sangat luas dan dapat dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, hukum, kesehatan, pendidikan, perkembangan manusia, dan masih banyak lagi. Manusia selalu memiliki masalah yang kadang sulit untuk dipahami dengan akal sehat saja dan psikologi menjadi media yang memberikan penjelasan secara ilmiahnya.
Untuk menentukan karyawan yang loyal dimasa depan, perusahaan atau organisasi kerap meilhat performa kerja setiap karyawan. Namun, untuk memastikan apakah seorang karyawan mampu menjadi karyawan tidak cukup hanya menggunakan data performa kerja, tetapi kita perlu melihat apakah karyawan ini memiliki potensi dan kompetensi yang sesuai standard perusahaan untuk menjadi seorang karyawan.
Perbedaan Psikotes dan Assessment
Psikotes mengungkap potensi yang ada serta meramalkan kecenderungan perilaku yang akan muncul kemudian. psikotes juga dapat mengungkap dan mencari tahu sebab dan alasan munculnya perilaku tersebut. hal ini dikarenakan sifat beberapa alat tes dapat bersifat proyeksi atau bersifat klinis. jadi ini keuntungan dari jasa psikotes, selain mengungkap potensi, meramalkan, juga mengetahui alasannya.
Assessment mengungkap kompetensi, yaitu memotret perilaku yang muncul secara langsung. Hal ini terjadi karena assessment test biasanya menggunakan simulasi-simulasi dibandingkan paper test sebagaimana psikotest. Lalu apa perbedaannya? dibandingkan psikotes, assessment cenderung bersifat straight atau melihat langsung perilaku yang muncul tanpa perlu mengungkap apa yang mendasari seseorang berperilaku tertentu. ramalannya pun bersifat on sight, artinya apa yang “tersurat” saja.
Psikologi menurut buku Kode Etik HIMPSI pada BAB I tentang Pedoman Umum dalam Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi, “Psikologi merupakan ilmu yang berfokus pada perilaku dan proses mental yang melatarbelakangi, serta penerapan dalam kehidupan.”
Psikotes dalam buku Kode Etik HIMPSI pada BAB XI tentang Asesmen dalam Pasal 62 merupakan salah satu bagian dari asesmen psikologi sebagai prosedur evaluasi secara sistematis. Dalam penggunaan suatu alat tes, harus dapat dibuktikan terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya, harus jelas pengkategoriannya, dan dipastikan bahwa alat tes sudah sesuai dengan kondisi terkini. Selain penggunaan alat instrumen tes, terdapat juga prosedur observasi dan wawancara
Dilansir dari UMM Press, terdapat tiga fungsi psikologi sebagai ilmu, yakni:
- Menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku, seperti apa, bagaimana, dan mengapa perilaku bisa terjadi.
- Memprediksikan tingkah laku manusia secara objektif berdasarkan fakta ilmiah.
- Mengendalikan tingkah laku agar sesuai dengan keadaan normal.
Psikotes berfungsi sebagai alat untuk mengukur kemampuan psikologis, seperti intelegensi, kepribadian, minat dan bakat, perilaku dan sebagainya yang dapat membantu individu untuk menjalankan hidupnya lebih optimal. Kemudian, hasil yang didapat dianalisis menggunakan ilmu psikologi. Akan tetapi, psikotes tidak digunakan untuk menentukan benar atau salah.
Psikotes dapat bermanfaat untuk berbagai bidang:
- Bidang pendidikan untuk seleksi calon peserta didik, penjurusan, dan minat bakat
- Bidang pekerjaan untuk seleksi dan penempatan calon pegawai, mutasi dan promosi, serta bimbingan atau pelatihan yang diperlukan
- Bidang militer untuk seleksi dan penempatan calon anggota serta perencanaan karir
- Bidang kesehatan untuk diagnosis, prognosis, penanganan, dan metode pengobatan
Terdapat 7 manfaat psikotes untuk SDM
1. Mengukur Potensi Kecerdasan Karyawan
Kecerdasan di sini tidak hanya berarti kecerdasan intelegensi, tetapi biasanya lebih terkait dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Untuk posisi tertentu, seperti posisi penting yang membutuhkan kemampuan kepemimpinan tinggi, seperti manager, pelamar harus memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang baik, selain kecerdasan intelegensi. Jika keduanya buruk, maka akan berpengaruh buruk pula pada performa perusahaan.
2. Mengenali Kepribadian Karyawan
Dalam proses wawancara, seseorang yang sadar bahwa dirinya sedang diwawancara untuk posisi yang diinginkannya akan berusaha sebaik mungkin untuk menampilkan sosok terbaik dirinya.
Jika pewawancara tidak menggali lebih dalam mengenai kepribadian orang tersebut, bisa jadi pewawancara akan tertipu dengan pertemuan pertama tersebut. Adanya psikotes untuk mengenali kepribadian ini menjadi penting untuk mengetahui apakah pelamar tersebut dapat mengatasi beban kerja yang akan diterimanya nanti.
3. Memprediksi Performa Kerja Karyawan
Setiap orang memiliki performa kerja yang berbeda. Ada seseorang yang bekerja dengan baik ketika bekerja dalam tim, tetapi ada juga yang malah bekerja baik ketika sendirian.
Semua itu dapat dilihat dari pemeriksaan psikologi. Psikotes terutama penting dilakukan pada pelamar untuk posisi yang membutuhkan ketahanan terhadap tekanan dan deadline. Jika ketahanan pelamar terhadap kedua hal itu tidak diketahui, dikhawatirkan kinerja perusahaan akan terhambat atau yang buruk adalah kandidat mengundurkan diri.
4. Pemetaan Karyawan
Psikotes juga bertujuan untuk mengetahui potensi karyawan. Mengetahui hal ini dapat memudahkan perusahaan untuk menempatkan karyawan berdasarkan kemampuannya. Jika karyawan bekerja sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya, maka ia akan bekerja dengan bahagia dan tidak merasa tertekan atau terlalu terbebani.
5. Rencana Penempatan
Karyawan yang berhasil dalam kerjanya pasti akan mendapatkan promosi. Perusahaan juga mungkin akan melakukan rotasi untuk menyesuaikan kemampuan karyawan dengan posisi yang ada di perusahaan, jika memang perusahaan membuka departemen baru dan ingin departemen itu diisi oleh karyawan yang sudah ada. Untuk melakukan kedua hal ini, maka hasil psikotes akan sangat membantu SDM untuk melakukan penempatan.
6. Produktivitas Tinggi
Produktivitas kerja berhubungan erat dengan kemampuan dan keefektivan karyawan dalam melakukan tugasnya. Karyawan yang efektif dalam bekerja ditentukan oleh kemampuan divisi SDM menempatkan karyawan pada posisinya.
7. Turn Over Rendah
Turn over atau pengunduran diri sangat lazim dilakukan di beberapa perusahaan. Pengunduran ini biasa terjadi karena karyawan merasa tidak sesuai dengan gaji atau pekerjaannya, termasuk jika beban kerja yang diberikan terlalu berat.